Kalah Perang, PM Armenia Mengundurkan Diri

Kalah Perang, PM Armenia Mengundurkan Diri
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan yang mengundurkan diri pada Minggu (25/4). (Tigran Mehrabyan/PAN Photo via REUTERS)  
Penulis
|
Editor

Internasional – Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menyatakan pengunduran dirinya pada hari Minggu (25/4) namun tetap menjalankan sisa tugasnya, yakni meresmikan pemungutan suara parlemen yang akan diadakan pada 20 Juni dalam upaya untuk meredakan krisis politik yang berlarut-larut.

Pashinyan telah menghadapi seruan untuk mundur sejak penandatanganan perjanjian perdamaian dengan Azerbaijan pada November yang ditengahi Rusia, yang mengakhiri perang antara dua musuh bebuyutan untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Baca Juga:  Dalami Kasus Dodi Reza Alex Noerdin, KPK Periksa Tujuh Saksi

“Saya mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai perdana menteri hari ini” dan tetap untuk mengadakan pemungutan suara pada 20 Juni, katanya dalam sebuah pengumuman yang disiarkan di halaman Facebook-nya.

Setelah Pashinyan mengumumkan pengunduran dirinya, semua anggota kabinetnya menyerahkan pengunduran diri mereka sendiri, seperti yang disyaratkan oleh hukum Armenia.

Pashinyan mengatakan dia akan terus memenuhi tugasnya sebagai kepala pemerintahan sementara.

Kekalahan memalukan Armenia di tangan tentara Azerbaijan yang secara teknologi lebih unggul memicu protes massa di republik bekas Soviet yang miskin di perbatasan Turki dan Iran.

Baca Juga:  Ridwan Kamil, Setiap Masa ada Cobaan

Negara kecil Kaukasus, yang dilengkapi dengan peralatan militer “warisan” era Soviet yang sudah tua, berjuang untuk mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya selama tiga dekade, ketika bentrokan meletus melawan tentara Azerbaijan dengan persenjataan yang lebih baik di Nagorno-Karabakh pada bulan September.

Setelah pertempuran enam minggu yang merenggut sekitar 6.000 nyawa, perjanjian damai memaksa Armenia untuk menyerahkan sebagian wilayahnya ke Azerbaijan.

Pashinyan bersikeras dia menangani perang dengan benar, mengatakan dia tidak punya pilihan selain setuju atau melihat pasukan negaranya menderita kerugian yang lebih besar dan bahwa jajak pendapat adalah cara terbaik untuk mengakhiri kebuntuan politik pasca perang.

Baca Juga:  Percepat Proses IAIN, STAIN Meulaboh Perkuat Kerjasama dengan UIN Ar-Raniry

Mantan editor surat kabar berusia 45 tahun itu berkuasa sebagai ujung tombak protes damai pada 2018 dan awalnya membawa gelombang optimisme ke Armenia.

Sumber: CNN Indonesia

Bagikan:

Tinggalkan Komentar

Live Streming